Salah satu hal penting dari proses membangun usaha keluarga yang kuat, yang bisa diteruskan oleh anak cucu kita adalah, pentingnya ikatan emosi antara kaluarga dengan usaha yang dibangun.
Dan itu dimulai dari orang tua sebagai foundernya. Suami dan istri.
Banyak hal yang harus dipelajari. Termasuk bekerja dalam tim, menata pola pikir, membuat sistem, menyiapkan skill penerus-penerusnya, dsb.
Dalam prosesnya, bekerja dalam tim inilah yang nantinya mengikat keluarga secara emosi dengan usaha yang dibangun bersama mulai dari kecil. Yang nantinya akan diteruskan oleh anak-anaknya.
Makanya, sy begitu kuat berupaya, agar istri saya Farida Agustin, keluar dari tempat kerjanya, dan menariknya dalam lingkaran pekerjaan dalam usaha yang sedang sy bangun.
Karena tidak mungkin, ikatan emosi antar keluarga dengan bisnis kita itu terbangun jika pola kerjanya seperti umumnya keluarga yang katanya modern itu. Suami kerja disana, istri kerja dimana. Itu tidak membangun apapun sebagai pondasi dalam hal membangun usaha atau bisnis keluarga yang kuat yang bisa dilanjutkan oleh anak cucu kita.
Yah, berpikirnya memang harus cukup panjang. Tidak hanya pendek, sekedar mencari uang untuk makan hari ini dan besok. Berpikirnya harus bagaimana caranya usaha itu bisa diteruskan dan dikembangkan oleh anak cucu kita nantinya.
Bukan hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan material seperti makan dsb, tetapi juga sebagai tempat bertumbuhnya mental, kejiwaan, dan spiritual mereka nantinya.
Dan memang tidak mudah. Setiap orang berangkat dari latar belakang yang berbeda. Sebuah proses tidak bisa begitu saja kita paksakan pada semua keadaan.
Seperti saya, juga tidak bisa dengan mudah begitu saja menjalankan apa yang sy katakan diatas itu.
Membuat istri keluar dari tempat kerjanya, memaksanya masuk dalam lingkaran pekerjaan sy itu bukan hal yang mudah.
Ada beberapa check list yang harus sya penuhi terlebih dahulu sebelum melakukkannya. Tidak sama seperti sy dulu, yang asal bisa menghasilkan uang dari selain gaji, maka itu cukup buat saya untuk mantab keluar dari status sebagai orang gajian.
Istri itu memang harus juga bisa mandiri. Tidak bisa dipungkiri hal itu. Ia tidak hanya harus bergantung hidup dari penghasilan suami. Why?
Kehidupan itu tidak hanya seperti cerita dalam dongeng Sebelum tidur yang selalu dipenuhi hal indah dan sesuai rencana.
Usia manusia itu tidak ada yang tahu. Tidak ada jaminan suami itu berusia panjang dan selalu bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan anak dan istri. Maka hal inilah menjadi penting, bahwa seorang istri itu juga harus belajar untuk mampu tidak selalu bergantung pada suami.
Maka, suami yang menginginkan istrinya keluar dari tempat kerjanya dan memasukkannya dalam lingkaran kerja di usaha yang dibangun, juga harus memikirkan dan mempertimbangkan hal ini.
Maka, salah satu check listnya adalah, sebelum melanjutkan ke langkah itu, mengajak istri berjuang bersama dalam membangun usaha sendiri, adalah menjamin bahwa saat ia keluar dari pekerjaannya, dan masuk bergabung ke usaha kita, saat itu juga, ia sudah bisa mandiri dengan usaha kita itu, bahkan seandainya saat itu juga suami tutup usia. Ituh.
Maka memang sebelumnya sudah harus disiapkan, mental dan skillnya. Meskipun hal itu juga akan berkembang seiring waktu dalam menjalankan usaha bersama itu.
Itu hanya salah satu check list. Disamping beberapa check list lainnya, yg secara kondisi mungkin berbeda setiap orang.
Hal penting lainnya adalah menyelaraskan pola pikirnya. Latar belakang setiap orang berbeda. Dan ini juga bukan hal yang mudah.
Tidak semua orang suka dengan bekerja dengan usaha sendiri. Latar belakang setiap orang berbeda.
Finally,…
Kehidupan terus berjalan. Tidak semua hal berjalan seperti yang kita inginkan. Tetapi setidaknya, kita telah melakukan sesuatu untuk menuju pada hal yang menurut kita lebih baik.
Tidak sekedar hidup hanya untuk makan. Karena jika hanya itu, apa bedanya dengan binatang.
Tidak perduli sudah sampai dimana kita. Perjuangan harus tetap dilanjutkan menuju hal yang menurut kita lebih baik. Semoga anak cucu kita berada dalam keadaan yang lebih baik. Aamiin.