Uang bukan rejeki… gile lu ndro!

Posted on

Entah keberapa kalinya saya menuliskan tentang uang, yang intinya begitu menekankan bahwa uang belum tentu menjadi rizki bagi seseorang. Lalu uang itu apa? mengapa begitu banyak orang menganggap uang adalah rizki, bahkan ketika seseorang berucap alhamdulillah, tidak sedikit yang berasumsi bahwa itu karena seseorang yang telah mendapatkan uang, habis gajian, dapat untung, profit, atau semacamnya…

Yah, ini beneran, uang bukan lah rizki, lebih tepatnya belum menjadi rizki bagi seseorang. Lalu rizkinya yang mana?.

Uang adalah hanya alat tukar, angka-angka tertentu, atau nominal-nominal untuk memudahkan suatu pertukaran. Yup, hanya itu.

Adapun jika seseorang mendapatkan uang, kemudian hatinya menjadi senang, maka senang itu lah yang sebenarnya menjadi rizki.

Jika seseorang mendapatkan uang, kemudian hati menjadi tenang, maka tenang itu adalah rizkinya.

Jika anda mempunyai uang, kemudian anda merasa bahagia, maka bahagia itulah rizki anda.

Jika anda memiliki uang, lalu anda pakai untuk membeli beras, dan dimasak menjadi nasi yang anda makan, maka apa yang anda makan itu adalah yang menjadi rizki.

Uang hanya alat tukar saja. Ia pun bisa menjadi buruk buat anda, jika misalnya anda menjadi lebih sombong, lebih pelit, kikir, atau hal negatif lainnya.

Suatu ketika, seseorang mengataiku bahwa aku seorang yang materialistik, dalam bahasanya kedonyan, karena seringnya membicarakan bisnis, uang atau usaha2. Aku ketawa saja mendengarnya, dan dalam hatiku, apakah itu tidak terbalik, hanya karena kita membicarakan uang, belum tentu itu materialistik. Orang-orang seringkali berlebihan dalam memberikan penilaian terhadap uang. Menurut mereka uang adalah rizki, sehingga pola uang juga akhirnya sama dengan rizki, bahwa rizki sudah ada yang ngatur, Tuhan telah mengatur semuanya. Tentu saja, semua hal sudah diatur oleh Tuhan dalam ketentuan-ketentuannya.

Orang yang menganggap uang adalah rizki, cenderung menjadi skeptis ketika membicarakan tentang uang, karena uang menjadi begitu sakral dan magis, sehingga seolah-olah itu benar-benar hanya wilayah yang telah ditentukan dan tidak bisa diganggu gugat.

Dalam pandangan kita sekarang ini, bahwa uang hanyalah alat ukur, maka uang akhirnya memiliki pola-pola tertentu seperti halnya perhitungan-perhitungan matematika. Yah, seperti jika 2 ditambah 3 menjadi 5, seperti jika 3 dikali 4 menjadi 12, maka akhirnya uang sebagai alat tukar pun menjadi berpola. Itu bilangan angka pada bilangan yang sederhana.

Pada tingkat lebih kompleks lagi misalnya, 2x + 5 = 20, maka nilai-nilai x menjadi sebuah variabel. Nah mulai muncul variabel, pada tingkatan lebih tinggi lagi, variabel-variabel menjadi lebih banyak, dan semakin banyak.

Pada tingkatan uang sebagai alat tukar yang berkaitan dengan pertukaran, profit, modal, penjualan, dan semacamnya, akan muncul banyak variabel-variabel. Sehingga seringkali pola yang ditemukan menjadi sangat tergantung pada banyak variabel-variabel yang lainnya, dan bentuk variabel2 itu juga akan semakin kompleks, invisible, dan dengan kadar2 kuantitas dan kualitas yang beragam, maka yang terjadi adalah pola-pola yang ada menjadi berupa probabilitas, ada rentang nilai.

Pada intinya, uang hanya alat ukur, maka mengikuti pola-pola tertentu yang kadang tampak rumit, tetapi bisa lebih disederhanakan. Semua ada polanya, uang pun berpola, sama halnya jika anda menjatuhkan batu, maka batu pasti akan jatuh ke tanah, jika tidak ada variabel lain, makin banyak variabel, maka akan terjadi semakin kompleks kemungkinan/probabilitasnya.

Yang saya tekankan adalah, bahwa uang itu bukan misteri, jadi bisa dipelajari. Mungkin rumit, tapi bisa. Jadi akan menjadi penting untuk dipelajari. Misalnya salah satu, jika uang itu alat tukar, maka yang paling dekat dengannya adlah kegiatan pertukaran. Tukar menukar, atau dalam bahasa kita perdagangan. Begitu banyak hal variabel yang memang perlu untuk dipelajari didalamnya yang berkaitan dnegan uang, memudahkan proses pertukaran, saling menguntungkan, hingga hal-hal teknis dari yang paling sederhana sampai yang paling modern.

Uang itu bukan misteri, ia pun berpola, yang misterius itu rizki. Ya, rizki itu memang sangat misterius, rizki tidak bisa diukur, tp uang bisa dihitung.

Rizki itu misalnya udara yang kita hirup, sel syaraf yang membuat kita merasakan sesuatu, darah yang tidak pernah mengering, berbahagia karena cinta, ketenangan karena kasih sayang, dan begitu banyak yang lain yang tidak bisa dihitung. Itulah misteri, rizki.

Jadi, masih mau mengatakan orang lain materialistik hanya karena belajar tentang uang? itu bisa berbalik pada anda sendiri, pada pola pikir anda terhadap uang yang terdeteksi bahwa anda begitu mendewakan uang.

Masih berpikir bahwa uang itu adalah uang? Gile lu ndro, gendeng dewe mengko kowe. hihi…

(Coretan menunggu hujan di warung kopi cak wang mastrip utk mengalihkan perhatian pada spg rokok yang mendadak duduk di meja depan saya, hahaha…. Ngaliho mbak, rumangsamu aku ra seneng, hahaha….sontoloyo).

uang

Gravatar Image
I am Taufiqul Hasan, an author who writes about trending topics on my blog. I enjoy staying updated with global trends and sharing my insights with readers. Through my blog, I aim to offer thoughtful perspectives on the latest issues, events, and discussions happening worldwide. By exploring and discussing these trends, I hope to foster understanding and inspire conversations that resonate with a diverse audience.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.