Semua orang mempunyai masalah, tetapi kebanyakan orang terlalu panik menghadapinya. Kadang-kadang itu masalah normal. Misalnya, di awal-awal menikah, adalah wajar jika mengalami masalah finansial, masalah penyesuaian diri dengan lingkungan baru, atau masalah normal lainnya. Seringkali juga ini masalah yang akan terus dihadapi selamanya, tetapi tetap saja, ini normal problem. Menyikapinya juga harus sewajarnya. jangan berlebihan reaksinya seperti sedang menghadapi masalah yang kritis, krn yang terjadi kemudian adalah masalah baru. Ibarat orang sakit kepala krn flu, tetapi diobati dengan obat kanker otak.
Kenyataannya, banyak orang lain di luar sana yang menghadapi masalah yang sama, bahkan lebih berat lagi, dan lebih lama telah mereka alami. ya, lebih berat lagi. mereka rela berjuang lebih keras karena tidak ada pilihan lain lagi selain melakukan kerja keras itu. berapa banyak orang yang rela jadi pembantu untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga mereka, dan segudang contoh orang lainnya yang itu jauh, jauh, jauh lebih berat dari masalah yang kita hadapi.
Itulah yang disebut bersyukur, yaitu menyingsingkan lengan baju, tidak perduli seberapa pengaruhnya itu dapat menyelesaikan masalah mereka.
Masalah akan selalu ada. satu selesai dan yang lainnya akan muncul lagi. ya seperti itu masalah.
Untuk sebagian orang itu namanya masalah, tetapi untuk sebagian orang lain itu bukan, itu adalan dinamika hidup, ujian, tangga kenaikan kelas, atau nama lainnya. Terserahlah dikasi nama apa.
Point nya, namanya hidup yang mesti ada dinamikanya, ibarat ujian pasti ada soalnya, ibarat naik gunung, ya ada keringatnya. jadi mesti bisa milah milah, mana yang normal problem, mana yang kritikal problem, agar pemilihan solusinya juga tepat, tidak kurang dosis, dan tidak kelebihan dosis. Udah gitu aja dulu ya.