Bicara ngopi, selalu menjadi hal yang menarik…
Ngopi itu bukan sekedar minum kopi. Ngopi itu ngobrol sampai ke hati.
Banyak orang cuma sekedar minum kopi saja, belum sampai pada tahap ngopi.
Bahkan, banyak orang hanya sekedar kumpul-kumpul, bercanda-canda doang, ngobrol kesana kemari tidak jelas.
Tidak salah. Bercanda sih tidak masalah. Pembicaraan dari hati kadang memang penuh dengan candaan. Tetapi jika dari awal cuma becanda melulu sambil ditemani segelas kopi, atau kadang segelas nutris*ri, itu sih bukan ngopi.
Saya sendiri sebenarnya tidak tahu rasanya kopi. Pokok tidak terlalu manis, tidak terlalu kecut, atau tidak terlalu kuat rasa kopinya, itu kopi masuk saja ke perut.
Itulah sebabnya, saya malah tidak terlalu terfokus pada aroma kopi, rasa kopi, atau hal-hal teknis tentang kopi lainnya. Kadangkala, kopi bubuk banyak campuran jagung, atau beras, yang terapung ke permukaan, malah terasa nikmat, Kadang itulah seni minum kopi, ketika campuran jagung itu nyangkut di mulut tidak ikut tertelan, lalu dikeluarkan lagi, hemmm…. apalagi jika sudah masuk dalam taraf ngopi, ngobrol sampai ke hati.
Kopi sachetan dengan bubuk murahan, ah tidak masalah. Its ok saja. Mulut orang desa gini mah, udah biasa dengan yang murah-murah gitu.
Ya, ngopi itu ngobrol sampai ke hati.
Itulah mengapa, warung-warung kopi dapat bertahan lama dari gencarnya persaingan industri modern.
Suatu hal yang tidak disentuh oleh industri kafe yang juga menyediakan menu kopi. Yaitu, suasana yang mendukung orang untuk saling berbicara dari hati ke hati.
Saat mengajak seseorang ngopi, kadang responnya malah keliru. Malah ngajak nyari tempat yang kopinya enak. Owh, bukan itu. Maksudnya itu berarti ngobrol sampai hati, jadi suasana mendukung malah lebih baik.
Saya sendiri menyadari, bahwa inti dari ngopi itu adalah komunikasi. Ngobrol sampai ke hati itu komunikasi yang baik, ya, yang benar-benar komunikasi. Bukan hanya sekedar pembicaraan-pembicaraan tentang “kulit”, tetapi juga isinya.
Banyak masalah yang menurut pengalaman saya, dapat segera dicairkan dengan komunikasi yang baik, ngopi, ngobrol sampai ke hati.
Sayangnya, banyak orang, tidak mengerti dengan hal-hal tentang ngopi ini. Ada orang yang kadang merasa malu duduk nongkrong di warung kopi. Mungkin gengsi, atau mungkin menganggap tempat yang tidak layak. Entahlah…
Seorang pemimpin masyarakat, sepengetahuan saya, yang benar-benar mengerti maksud hati dari rakyatnya, sangat disayangkan untuk tidak ngopi, ngobrol sampai ke hati.
Seorang pemimpin di suatu intitusi, komunitas, kelompok, atau keluarga, sangat disayangkan jika tidak memanfaatkan warisan budaya leluhur ini untuk menyentuh hati anggotanya. Ngopi.
Intinya, segala sesuatu itu bisa dikomunikasikan. Salah satu caranya adalah ngopi, ngobrol sampai ke hati. Bukan sekedar minum kopi, tetapi tidak mengerti esensi dan maksud yang sebenarnya.
Sekian tulisan ini, semoga bermanfaat. Selamat berbuka, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya. Terima kasih.