Panas dingin panas dingin silih berganti. Itulah cuaca hari ini.
Duduk di warung kopi menikmati suasana hari. Sambil sesekali meneguk teh yang makin lama makin tak hangat lagi.
Menulis disini, saat ini, serasa seperti sedang berbuka. Setelah sekian lama puasa.
Puasa di social media.
Sampai detik ini, terasa lebih baik. Pikiran lebih terarah, tidak terombang-ambing.
Hiruk pikuk timeline, kadang sulit dikendalikan. Ini membuat kita lebih banyak kehilangan fokus.
Entah mengapa, suatu saat, tiba-tiba merasa, ada yang salah.
Membiarkan pikiran liar orang lain mempengaruhi kita. Ini terasa tidak benar.
Kemudian bersikap reaktif, seolah merespon orang lain, bahkan secara tidak disadari, ini juga tampaknya tidak beres. Yang bahkan kenyataannya, apa yang dituliskan orang lain itu, mungkin saja tidak ada hubungannya dengan kita.
Lalu bersikap menunggu orang lain bereaksi terhadap kita, ini lebih tidak masuk akal lagi.
Notifikasi berbunyi, angkat hp. Berbunyi lagi, angkat lagi.
Dan tanpa disadari, notifikasi itu menguasai pikiran kita. Social media itu, menjadi penguasa. Handphone itu manjadi penguasanya.
It’s crazy. It’s suck.
Sakit jiwa. Mungkin ini lebih tepatnya penyabutannya.
Lalu puasa dimulai. Uninstall aplikasi sosial media. Mengurangi nytatus. Hanya masuk Akun sosial media lewat browser. Dan membatasi waktunya.
Dan hasilnya…
Entah mengapa, pikiran menjadi terasa lebih baik. Tidak ada ketergantungan. Clear apa adanya. Tidak ada godaan utk menulis yg tidak2. Tidak terpengaruh dengan status2 orang lain yang bertebaran di beranda.
Mengapa…
Entahlah… Hanya saja, pernah merasa sakit dengan setiap detik di kepala yg berdenyut dengan status yg akan dibuat. Yang meskipun lebih banyak yg dibatalkan utk terus dituliskan.
Kehidupan tidak hanya untuk dipertontonkan. Bahkan ada yg seharusnya hanya kita sendiri dan Tuhan saja yang tahu.
Hemmm… Tampaknya Sudah cukup lama nongkrongnya. Saatnya untuk beranjak. Dan mengakhiri tulisan ini.